Mocca membaca, Mocca meresensi.. What do you think about that? :p

Rabu, 12 Maret 2014

[REVIEW] Dalam Pelukan Bintang




Sebelum membuat review, saya ingin menjelaskan dahulu bagaimana bisa memutuskan untuk membeli buku ini. Pertama, karena genre amore memang bukan selera saya. Ini adalah buku amore kedua yang saya beli setelah Mahogany Hills. Saat itu saya sedang berkeliling di rak buku Gramedia, melihat-lihat buku yang hendak saya baca. Entahlah, mungkin saya terdengar berlebihan, tetapi saya memang sangat pemilih dalam membeli sebuah buku. Saya seperti harus memiliki sebuah chemistry dahulu dengan buku tersebut. Kalau ingin divisualisasikan seperti dalam hati saya ada sebuah suara “Klik! Ini dia!” Dan, biasanya feeling saya itu selalu tepat, sehingga buku yang saya pilih jarang sekali mengecewakan saya. Akan tetapi, hari itu tidak ada suara sama sekali (hantu kaleee). Tapi, saya ingin sekali membeli sebuah buku. Jadi dengan berbekal mata yang berkeliling melihat beberapa cover, jadilah saya membeli buku ini.

Okay, here’s the review :


Pertemuan Ryan dan Jasmine memang tidak mengesankan. Bahkan bisa dibilang sebuah ‘polusi mata’ bagi Ryan. Bagaimana tidak, seorang gadis muda berpakaian layaknya tante-tante tahun 70-80an. Jasmine adalah seorang gadis pecinta astronomi yang harus menyelesaikan skripsinya di rumah kenalan orang tuanya yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua Ryan. Ryan yang tidak suka Jasmine berada di rumahnya selalu berusaha ‘menindas’ Jasmine dengan sifatnya yang ketus. Tapi, pada akhirnya muncul benih-benih cinta terhadap keduanya.
End.

Serius itu aja reviewnya? Iya, itu aja ni yang saya bisa review.

Sejujurnya, saya sedikit menyesal. Buku ini seakan kembali membuktikan kalau genre amore memang tidak cocok dengan saya. Alur ceritanya lambat dan agak dipaksakan. Ide ceritanya sudah cukup banyak saya temui di buku-buku lain. Yang sangat disayangkan disini adalah tidak adanya chemistry yang saya rasakan antara Ryan dan Jasmine. Padahal seharusnya kedua tokoh utama yang akan menjadi pasangan memiliki chemistry kuat. Karakter mereka pun nanggung menurut saya. Contoh : Ryan yang seorang playboy. Seharusnya memunculkan mantan-mantannya yang lain yang bisa menambah alur dan konflik cerita. Tidak hanya Naila yang bahkan tidak berdampak apapun pada cerita. Karakter Playboynya justru sama sekali tidak dieksplore. Jasmine yang terkesan tegar, harus menerima seluruh permintaan orang tua yang super rese dan mengorbankan anaknya demi harta belaka tanpa sedikitpun penolakan. Setidaknya, ia harus membuat orang tuanya sadar atas apa yang ia lakukan pada anaknya. Itu juga bisa jadi pesan moral untuk para orang tua kan (maaf saya agak emosi pada bagian ini). Saya malah lebih menyukai karakter Mel dan Elang disini. Konflik yang terjadi pun sangat sederhana (khas sinetron) ditambah penyelesaian yang terkesan gampang sekali. Saya juga kurang suka endingnya. Kurang make senses aja. Satu yang membuat saya memberikan bintang tambahan adalah tentang perbincangan astronomi dan mitologi Yunani yang memang saya sukai. Overall, sebenarnya konflik dan karakter mereka bisa diperkuat lagi, seharusnya endingnya pun memiliki jalan keluar yang lain. Terkesan penyelesaian masalah mereka terlalu gampang. Sangat gampang malah menurut saya. 2 bintang saja untuk Ryan dan Jasmine.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar